Rabu, 12 November 2008

Sesuatu itu bernama pilihan

Memang menjadi manusia selalu saja dihadapkan pada berbagai persoalan, pada satu waktu bahkan kita kerap mengalami beberapa masalah yang menuntut penyelesaian segera, sedangkan kita musti memilih masalah yang prioritas untuk dituntaskan. Secara teoritis memang terkesan sepele namun kenyataanya untuk memilih dan membuat prioritas bukan pekerjaan yang mudah. Dikarenakan suatu masalah berhubungan dengan respon emosi terhadap apa yang kita hadapi, hal yang sering didahulukan adalah sesuatu yang disukai dan memenuhi unsur-unsur subjektif, sehingga pandangan tentang nya menjadi sangat dekat padahal belum tentu apa yang ingin kita lakukan itu betul-betul prioritas.
Kemampuan untuk memisahkan emosi subjektif ketika berhadapan dengan suatu persoalan adalah prasyarat yang harus dimiliki ketika kita akan melakukan suatu yang penting, jeda untuk merenungi dan mengitari pinggir-pinggir masalah membuat kita mampu menangkap perspektif (pandangan) yang lebih luas daripada berada di titik persoalan yang cenderung mengaburkan pandangan dan menyempitkan sudut pandang. Akhirnya rasio menjadi perangkat yang musti digunakan untuk memilah dan memilih serta mencari alternatif-alternatif solusi terhadap masalah yang datang, sehingga keputusan yang diambil didukung data-data objektif sebagai bahan untuk membuat langkah yang tepat

Tidak ada komentar: