Tindakan yang dilakukan Ryan membuat bulu kuduk merinding. Seperti yang ditayangkan di salah satu stasiun Tv setelah Ryan membunuh dia mencium tangannya yang baru saja menghabisi korbannya, sangat tenang dan bahkan tanpa merasa bersalah benar-benar kejam, apa yang dilakukan Ryan sangat “fantastic” sontak saja tiba-tiba Ryan menjadi “selebritis” baru, impiannya telah tercapai walaupun bukan sebagai bintang sinetron tapi sebagai perilaku criminal. Ryan begitu terkenal karena media selalu menampilkan berita-beritanya, bahkan buku yang menceritakan siapa Ryan dan bagaimana cara dia memutilasi korbannya laris manis dibeli masyarakat , mungkin tidak lama lagi beberapa waktu kedepan kita akan dapat menonton film Ryan. Belum lagi cerita Ryan selesai beberapa hari menjelang lebaran ditemukan lagi potongan tubuh manusia di sebuah bis
Di sisi yang lain Al Amin Nur Nasution di pidana karena melakukan korupsi, dan yang menarik adalah rekaman percakapan nya dengan Sekda Bintan, dalam dialog tersebut digambarkan bagaimana Al amin mengajak ketemu dan minta disediakan perempuan, dialog rekaman Al Amin dan Sekda Bintan tersebut beredar luas di masyarakat dan banyak yang menjadikannya ringtone Handphone. Alyin, serta untung Puji Santos akhirnya dijatuhi hukuman oleh pengadilan karena kongkalikong antara mereka dalam kasus BLBI, lagi dialog antara keduanya yang direkam oleh KPK beredar luas di masyarakat sama dengan kasus Al Amin rekaman ini pun banyak dijadikan ringtone. Patut kita mengurut dada setiap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat saat ini menjadikan sesuatu yang negative menjadi hal yang biasa sehingga ketika melakukannya pun dianggap biasa, masyarakat sudah semakin permissive (serba boleh) terhadap realitas yang didengar, dilihat walaupun sesuatu tersebut merupakan perilaku yang bertentangan dengan norma etika, agama maupun norma hukum yang berlaku. Kebaikan sudah tidak lagi menjadi nilai-nilai yang luhur malahan berganti dalam pengertian pragmatis, seorang teman menyebut bahwa dalam masyarakat saat ini yang disebut orang baik adalah…..dia harus memiliki banyak uang, punya jabatan, suka memberi (walau hasil korupsi), mungkin terlalu ekstrem namun apa yang disampaikan kawan tersebut mungkin fakta yang berlaku dalam masyarakat kita saat ini.
Ratusan tahun yang lalu bangsa ini sangat bangga dengan kebudayaan serta adat istiadat yang berlaku, karena dengan kebudayaan Indonesia terkenal sebagai bangsa yang ramah, sopan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai religiusitas serta moral, bangsa ini sangat menghargai dan menggandrungi perilaku-perilaku kebaikan, orang yang memiliki integritas mudah ditemukan dimana-mana, seperti yang kita kenal tokoh-tokoh pendiri Republik ini ada Mohamad Natsir, Ir Soekarno, Drs Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, Kyai Haji Achmad Dachlan, Buya Hamka, serta sederet tokoh yang lainnya, ketauladanan yang dipancarkan mereka memberikan bekas yang mendalam ketengah-tengah masyarakat, sehingga perilaku-perilaku kebaikan ditunjukan dalam aktivitas keseharian masyarakat, walaupun secara nyatanya masyarakat ketika itu hidup dalam gelutan kemiskinan namun kebanggaan akan moralitas sangat dijunjung kuat dan dijadikan prinsip hidup.
Namun seiring dengan perubahan zaman maka nilai-nilai luhur semakin ditinggalkan digantikan dengan nilai-nilai materi yang melandasi hubungan antara manusia, teknologi informasi yang makin berkembang menjadikan transformasi nilai begitu cepat berlaku, pagar budaya dan agama yang sejatinya menjadi benteng pengaman ambrol tercerai berai, masyarakat dipaksa untuk merubah kebiasaan hidup yang berlaku, digantikan dengan nilai-nilai baru yang ditonton melalui media massa, buku-buku suci telah mulai ditinggalkan sebagai gantinya buku-buku yang mengajarkan kesuksesan hidup dalam nilai-nilai materialistic, tokoh-tokoh agama semakin kehilangan peran digantikan idola-idola baru, bintang sinetron, bintang iklan, bintang film menjadi idola baru mereka menjadi referensi dalam berperilaku karena sejatinya idola baru tersebut adalah berhala yang disembah secara luas (bahasa yunani idola = berhala). Tempat-tempat ibadah ditinggalkan umatnya yang paling ramai adalah tempat-tempat pertunjukan hiburan mulai dari diskotik, bioskop, dan lain sebagainya, sungguh mengerikan situasi zaman ini, kemana melangkah, dan kemanapun menoleh budaya materialistic adalah trend yang mewabah.
Untuk ikut dalam budaya materialistic prasyaratnya adalah memiliki uang banyak, karena setiap trend yang baru selalu di ukur dengan rupiah, dolar, euro, yen dan mata uang lainnya, padahal kenyataanya tidak semua lapisan yang dapat mengakses modernisasi sehingga dalam situasi sedemikian kesenjangan kemiskinan semakin menganga lebar, jarak antara si kaya dan miskin ibarat bumi dan langit, antara penguasa dengan pesuruh terbentang jauh. Si miskin hanya dapat meratapi nasib kemiskinannya sambil menyaksikan si kaya yang menghabur-haburkan uang, gumpalan kebencian menggelinding bagai bola salju dirasakan oleh si miskin, si kaya dianggap musuh karena si kaya tidak peduli dengan nasib si miskin, sedangkan godaan untuk memiliki barang-barang begitu kuatnya media massa menampilkan iklan-iklan yang membujuk penonton, pembaca untuk memiliki produk-produk, pada suatu ketika karena si miskin tidak memiliki sumber daya untuk memiliki produk-produk maka jalan pintas dilakukan, tapi berpikir jalan pintas pun tidak hanya dilakukan oleh si miskin, si kaya pun menggunakan jalan pintas karena kepuasan terhadap suatu hal tidak akan pernah berhenti, kepuasan lama telah diraih maka kepuasan baru telah menanti sebab itu untuk memiliki hal-hal yang baru maka syaratnya membayar dengan sejumlah uang tertentu, karena yang didapat bersifat tetap dengan prosedur tertentu, harus ditemukan cara untuk mendapatkan banyak dengan jalan tertentu pula, tidak mengherankan kemudian perilaku korup menjadi trend dimana-mana baik dalam system birokrasi maupun dalam system korporasi.
Krisis social yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pada satu titik akan berhenti dalam kondisi big bang, seperti proses penciptaan alam semesta akan dimungkinkan terjadinya benturan hebat, kiamat social tidak akan lama lagi terjadi, keliaran dan keberingasan akan mewujud dalam perilaku masyarakat, hukum rimba akan berlaku yang kuat menekan si lemah, si lemah membalas merampok si kuat, anarki tidak akan terelakan, apakah kenyataan itu yang akan kita saksikan beberapa waktu kedepan Wallahu alam
Ridwansyah
Direktur Pusat Kajian dan Study Pemberdayaan Masyarakat (PKSPM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar